Sungguh, tidak ada hidup yang paling mulia selain menjadi
terhormat di mata Tuhan. Bila ini sudah jadi prinsip hidup dan menerangi
dalam perilaku sehari-hari, yakinlah bahwa Anda sudah berada di pintu
surga. Lirik lagu “Nyanyian Suara Hati” yang dinyanyikan Ebiet G. Ade
menggambarkan sesungguhnya manusia yang terhormat.
Seringkali aku merasa jengah dan sungkan
bicara tentang saudara kita
yang terhimpit derita kemiskinan
Sebab sesungguhnya mereka mungkin
lebih terhormat di mata alam
Sebab sesungguhnya mereka mungkin
lebih berharga di mata Tuhan
Kadangkala aku bahkan merasa cemburu
melihat senyum polos dan lepas
meski sambil menahan kelaparan
Maka sesungguhnya mereka lebih kaya
meskipun tanpa harta
Maka sesungguhnya mereka lebih bahagia
Dapat mensyukuri yang dimiliki
Sesungguhnyalah aku ingin belajar
sikap mereka menjalani hidup
Angin, tolonglah bawakan aku
sepotong kertas dan pena tajam
Akan kutulis tebal-tebal
pelajaranmu lewat diam
Kadangkala aku bahkan merasa cemburu
melihat senyum polos dan lepas
meski sambil menahan kelaparan
Maka sesungguhnya mereka lebih kaya
meskipun tanpa harta
Maka sesungguhnya mereka lebih bahagia
Dapat mensyukuri yang dimiliki
Sesungguhnyalah aku ingin belajar
sikap mereka menjalani hidup
Angin, tolonglah bawakan aku
sepotong kertas dan pena tajam
Akan kutulis tebal-tebal
pelajaranmu lewat diam
Akan kusimpan dalam-dalam
pelajaranmu lewat diam. @@@
Apa yang dicari oleh manusia sepanjang hidupnya, tentu saja banyak
dan bertingkat. Mulai harta, benda, makan, minum, ilmu pengetahuan,
cinta kasih sayang kepada anak dan pasangan hidup, kebutuhan untuk
tenteram damai dan aman, kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan
bermasyarakat, kebutuhan berkuasa, kebutuhan untuk menjalani hidup
adikodrati dan seterusnya, dan sebagainya.
Saya tidak hapal teori-teori psikologi, mana di antara kebutuhan tadi
yang merupakan kebutuhan primer, skunder, tersier, maupun yang paling
tersier. Di bolak-balik terserah lah, yang jelas intinya bahwa sepanjang
hidup manusia akan dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan tadi.
Bila boleh saya sederhanakan (tentu saja boleh dan siapa sih yang
melarang manusia untuk sak karepe dhewe dalam hal menyusun pola hidupnya
masing-masing?), kebutuhan hidup ada dua: kebutuhan hidup dunia dan
kebutuhan hidup akhirat. Kebutuhan hidup dunia terpenuhi sebagai akibat
adanya badan / jasad fisik, pemenuhan kepuasan biologis maupun
psikologis. Sementara kebutuhan hidup akhirat melampaui kebutuhan hidup
yang melulu jasad fisik tersebut. Kebutuhan hidup akhirat menuntut
seseorang individu untuk melihat kebutuhan jasad fisik hanya sebagai
pijakan kaki yang sifatnya komplementer dan suplementer.
Nah di antara dua kebutuhan hidup dunia dan akhirat ini, mana yang dijadikan tujuan fokus orientasi utama kita?
Sangat mengerikan bila hidup kita diorientasikan hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dunia saja. Dan mengabaikan atau menomorduakan
orientasi kebutuhan hidup akhirat.
Adalah sangat bijaksana bila diminta untuk belajarlah pada sejarah
dunia. Bagaimana peradaban dunia terbentuk oleh sosok Hitler, sosok
Lenin, sosok Windston Churcil, sosok Che Guevara, sosok Ratu Elisabeth,
sosok Jengis Khan, sosok Cheng Hoo, sosok Isa, sosok Muhammad, sosok
Aristoteles, sosok Socrates, sosok Plato, sosok Ibnu Rusyd, Ibnu Sina,
sosok Budha, sosok Ibrahim, sosok Adam, sosok Gus Dur, sosok Bung Karno,
sosok Bill Clinton, sosok Gorobachev, sosok Gajah Mada, sosok
Diponegoro, sosok Ronggowarsito, sosok Idi Amin dan lainnya,…..
Sekilas, dari membaca namanya saja kita sudah bisa memperkirakan,
sebuah aura sosial yang menyejarah pada sosok-sosok manusia yang menjadi
tonggak dimana mereka hidup dan dihidupkan.
Sosok yang berorientasi pada kebutuhan hidup dunia akan membuat
peradaban ini kisruh, ruwet, penuh penindasan dan mengabaikan hak asasi
manusia, berdarah-darah, mengorbankan yang lemah karena alasan ideologis
dan seterusnya. Sementara sosok yang berorientasi pada kebutuhan
akhirat akan membuat peradaban ini damai, aman, tenteram, penuh cinta
kasih sayang.
Dari sini, oke-lah kita sepakati bahwa yang terbaik adalah
menomorsatukan kehidupan akhirat daripada dunia, menomorsatukan
kehidupan batin daripada lahir, menomorsatukan kehidupan spiritual
mental daripada kebutuhan fisik jasmani. Apalagi bulan puasa ini, adalah
momentum yang bijaksana untuk menjahit kembali pandangan hidup kita
yang bolong-bolong.
Inti kebutuhan hidup akhirat sebenarnya tersimpul dalam sederet kata
namun sangat mendalam maknanya: BAGAIMANA TERHORMAT DI MATA TUHAN.
Monggo direnungkan, bila ditafsirkan dengan ilmu-ilmu spiritual, agama,
mental apa saja maka kata ini akan merujuk pada sebuah pendakian
spiritual yang agung dan luar biasa.
Bila kita terhormat di mata manusia, maka manusia lain akan
menganggap kita perlu untuk dihormati karena berbagai kemuliaan dan
keluhuran yang kita sandang semasa hidup. Entah karena jasa-jasa kita,
apakah karena harta benda kita yang banyak, apakah karena kita mampu
berperan besar untuk masyarakat. Lain lagi bila kita terhormat di mata
Tuhan, apa ini artinya?
Artinya, kita telah memiliki track record kemuliaan dan keluhuran
hidup lurus alias tidak bengkok bengkok memegang janji kita sebelum kita
diadakan/dihidupkan Tuhan. Janji ruh kita sebelum hidup ini adalah:
Mengakui bahwa Tuhan adalah Gusti Allah yang satu dan kita senantiasa
akan memposisikan Dia sebagai Tuhan. Titik. Dia bukan setan, malaikat,
nabi, wanita, atau arca-arca.
Memegang janji kita sebelum kita diadakan/dihidupkan Tuhan dengan
mengakui bahwa Tuhan adalah Gusti Allah yang satu dan kita senantiasa
akan memposisikan Dia sebagai Tuhan. adalah satu-satunya jalan kemuliaan
dan menjadi terhormat di Mata Tuhan. Seluruh hidup kita mulai
anak-anak, remaja, dewasa, hingga usia senja hendaknya tetap memegang
janji ini dan mengimplementasikan janji tersebut dalam perilaku dan
perbuatan.
Siapa yang mampu dan berani untuk memegang janji luhur ini dan
menyinari hidupnya dengan perbuatan nyata, akan terjamin di masa lalu,
masa sekarang dan masa depan. Kita tidak akan pernah miskin dan gelisah
karena telah memiliki satu jalinan hubungan yang kuat dengan Tuhan.
Boleh saja dia dinilai orang lain tidak memiliki harta benda apa-apa,
namun bagi sang kekasih Tuhan ini kebahagiaan dan keluhuran hidup
nilainya tidak diukur sama sekali dari sana.
Sehingga, jangan pernah sedikitpun memandang hina dan remeh mereka
yang hidupnya sederhana yang barangkali kita menganggapnya miskin, papa
dan tersingkir. Sama sekali jangan. Bisa jadi hidup mereka sebenarnya
berbinar terang oleh kesederhanaan, kebijaksanaan dan sinar-sinar
keluhuran sebagai manusia yang terhormat di mata Tuhan. Kita tidak akan
pernah mampu untuk mengukur derajat keluhuran manusia karena hanya Dia
yang bisa menilainya.
Kita disarankan untuk rendah hati dan tidak boleh sok tahu. Sebab
hidup adalah sebuah misteri yang tidak akan mampu bisa dibuka kecuali
dengan kebijaksanaan yang tinggi yang diolah dengan batin yang suci,
rasa yang menep dan hening, serta cipta yang sadar-sesadar-sadarnya
bahwa kita hanyalah debu di terompah-Nya yang Maha Suci.
Akhirnya, marilah kita semua berkarya, belajar, bekerja, mencari
nafkah untuk menghidupi semua orang di muka bumi. Memupuk rasa cinta
kasih dan peraudaraan pada semua makhluk Tuhan, pada sesama manusia,
pada jin, pada gunung, pada pohon, pada air, pada bumi, bahkan pada
semut dan amuba sekalipun.
Jangan pernah menyakiti mereka sebab mereka juga punya rasa dan
batin. Mereka ada karena diadakan-Nya. Mereka bukan diadakan untuk
dieksploitasi oleh manusia namun mereka diadakan untuk menemani manusia.
Manusia harus hidup harmonis, selaras, serasi dengan mereka dengan
keseimbangan ukuran yang disesuaikan dengan kadarnya masing-masing.
Terakhir, derajat kemuliaan manusia yang paling tinggi terletak pada
bagaimana dia mampu memposisikan dirinya secara terhormat di Mata Tuhan.
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang derajatnya paling mulia dan
lebih mulia dari malaikat yang bisanya hanya bertasbih memuji namanya,
karena PERILAKU dan PERBUATANNYA diterangi oleh akal budi dan
kebijaksanaan.
Sebaliknya, manusia juga bisa ndlosor atau terpuruk menuju derajat
yang paling hina bahkan lebih hina dari seekor lalat karena PERILAKU dan
PERBUATANNYA yang disinari oleh sinar hitam kelam keakuan-keiblisan
yang penuh kebodohan sehingga batinnya tidak mampu lagi memancarkan
sinar-sinar kemuliaan.
Ya Gusti Allah, Tuhan kita semua, sinarilah selalu batin ini
dengan sinar cinta-Mu yang Maha Suci… Ulurkan tangan-MU untuk mengangkat
kami dari keakuan/ego kami yang bertumpuk-tumpuk ini, dan jadikan kami
terhormat di mata-Mu yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Suci yang batin akan menerangi yang lahir. Itulah harapan kita semua.
wongalus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar