Rabu, 18 Juni 2014

TIGA TAHUN KESUNYIAN

SEJAK kelas satu SMA hingga lulus, saya tinggal di sebuah rumah kontrakan sendirian. Teman hanya sesekali datang dan pergi. Praktis, tiga tahun saya tinggal seorang diri untuk mendengarkan bahasa diri dan bahasa alam. Inilah sejarah hidup saya dua puluh dua tahun silam yang saya tulis kembali dengan tujuan memetakan hidup kembali demi menjangkah ke gigir waktu di masa depan.
googTiga tahun semenjak saya memasuki bangku SMA, saya ditinggal kedua orang tua untuk merantau di pulau seberang. Tiga tahun pula saya harus berdialog, bernegosiasi untuk mengambil keputusan-keputusan seorang diri. Untuk menghibur diri yang saat itu dalam masa pencarian jati diri, saya terpaksa menenggelamkan diri dengan sebuah pencarian spiritual. Pencarian spiritual saya saat itu sangat sederhana. Yaitu menjawab pertanyaan, kenapa saya dilahirkan di dunia? Untuk menjawabnya, saya harus mengolah pikir, mencari referensi di perpustakaan, berdzikir di masjid, cangkruk di pinggir jalan dan duduk terpencil di dalam rumah. Kebetulan saya dikaruniai Tuhan sifat tidak menyukai keramaian, suka sibuk dengan diri sendiri, atau dalam bahasa psikologinya disebut autis.
Hampir tiap malam, saya duduk di belakang rumah di sebuah petak yang terbuka. Melihat ke langit dan mendengarkan bahasa kesunyian. Suara jangkrik dan binatang-binatang malam sangat akrab di indera dengar. Dan yang paling tidak saya sukai adalah cahaya lampu. Sehingga setiap malam, saya matikan semua lampu di dalam rumah hanya duduk terpaku berjam-jam hingga hari berubah. Saya benar-benar alami saat itu. Radio, tape dan televisi saya rasakan sangat mengganggu dan mengotori pikiran. Sehingga saya lebih suka untuk mematikan alaat-alat penghibur tersebut dan sekali lagi duduk, berdiri, tiduran tanpa alat buatan manusia yanag menurut saya tidak berguna tersebut.
Pagi hari saya mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Saya harus berjalan kaki sekitar dua kilometer melewati sebuah rel kereta api. Ya, saya berjalan di tengah rel kereta api tanpa sedikitpun merasa takut bahwa kereta api akan datang menyambar tubuh ringkih saya sewaktu-waktu. Saya percaya, seluruh hidup saya: tubuh, jiwa, ruh tidak akan tinggal diam bila kereta api datang. Sehingga dalam hitungan detik, saat ketera api melintas cepat naluri dan insting saya bergerak untuk menghindar. Itulah ritual wajib saya setiap pagi dan siang, berjalan melintasi rel kereta api. Saya sangat kreatif saat itu. Kreativitas artinya berpikir untuk menjelajahi berbagai dimensi yang ada di alam semesta, menyelami hakikat makna dan arti dari semua hal yang ada di depan saya.
Kreatif untuk menciptakan ide-ide baru dengan cara pandang baru. Ya, saya ingat saat masih SMA itu, saya mengubah-ubah sendiri tata cara atau syariat sholat. Saya ubah syariat dzikir dan mencari-cari doa yang pas untuk berkomunikasi dengan DZAT PALING HEBAT DI JAGAD RAYA. Saya kerap mengubah-ubah posisi benda-benda di dalam ruangan. Bahkan kursi dan meja sering saya tata terbalik.
Dari bekal masa lalu, dalam tiga tahun kesunyian itulah saya ingin berbagi kunci-kunci kreativitas yang barangkali ada manfaatnya kepada Pembaca Blog yang saya bingkai dalam bingkai Neurolingusitic Programming atau dialihbahasakan dengan bebas menjadi Pemrograman Bahasa Otak.
meditationPernah duduk di sebuah tempat, ingin menyelesaikan sebuah masalah tapi solusi tidak kunjung datang? Atau duduk di sebuah tempat berusaha memikirkan sebuah ide tapi tidak bisa kreatif? Ini bisa jadi erat kaitannya dengan ANCHOR (trigger/pemicu terhadap sebuah pemikiran dan perilaku) Anda terhadap posisi duduk atau berdiri Anda, entah itu kursi kerja, ruangan dan lain-lain.
Bisa jadi, pada saat Anda berada di posisi tersebut, Anda sudah ter-ANCHOR untuk sebuah pola pikir dan perilaku tertentu, sehingga Anda sulit untuk memikirkan sesuatu yang berbeda. Misalnya di kursi kerja Anda, yang setiap hari Anda lakukan adalah memeriksa file-file arsip, keuangan, neraca, dan lain-lain. Bahkan Anda pernah menghasilkan sebuah prestasi hebat dari tugas Anda tersebut di kursi tersebut.
Namun pada saat Anda diminta untuk mengkreasikan sesuatu, pikiran Anda bisa saja buntu dan macet. Anda tidak menemukan kreasi baru dan berputar-putar dengan ide yang lama. Bagaimana menjelaskan fenomena tersebut?
Marilah kita cek satu persatu. Mulai dimana Anda duduk. Kursi Anda bisa jadi telah ter-asosiasikan dengan proses pemeriksaan, yang di NLP (Disney Strategy) dikenal sebagai posisi CRITICS. Padahal untuk berkreasi Anda butuh ANCHOR kreatif, yakni posisi DREAMER dalam Disney Strategy.
Kalau sampai ini terjadi pada Anda, dimana Anda tahu bahwa sebuah posisi telah menyebabkan Anda ter-ANCHOR terhadap sebuah proses pemikiran, SESUAIKANLAH posisi Anda. Pindahlah ke sebuah tempat atau posisi. Ini bisa saja Anda lakukan dengan sekedar berdiri menjauh dari kursi Anda sejenak untuk memperoleh pemikiran yang berbeda.
Kalau Anda sekedar berjalan-jalan atau yang menurut Anda cari angin, yang terjadi hanyalah BREAK STATE, atau pemutusan ANCHOR sementara. Begitu Anda kembali duduk, ANCHOR-nya juga kembali, dan belum pasti bisa maksimal. Jadi kalau Anda seringkali mengalami kesulitan berpikir dan berperilaku tertentu di sebuah posisi atau tempat duduk Anda, coba cek kembali, di posisi tersebut ANCHOR apa yang telah tercipta untuk Anda.
Lalu pilihan sikap Anda adalah mempertimbangkan posisi yang berbeda untuk pola pikir berbeda. Dalam Disney Strategy, ada 3 posisi, yakni DREAMER, REALIST, dan CRITICS. Di posisi berbeda, kita bisa memaksimalkan potensi berpikir masing-masing.
Albert Einstein, mbahnya kaum fisikawan berkata bahwa sebuah masalah yang ditimbulkan dari sebuah proses berpikir tidak bisa diselesaikan dengan proses berpikir yang sama. Karena itu kita sulit mencari solusi masalah dengan pola pikir yang sama dimana masalah itu timbul. Perlu pola berpikir yang berbeda. ANCHOR tidak jauh berbeda dengan prinsip ini.
Di sebuah titik kita bisa begitu kreatif, tapi di titik yang sama kita sulit melihat kesalahan dari kreatifitas kita. Di sebuah titik kita bisa begitu kritis, tapi di titik yang sama kita sulit maksimal dalam berkreasi. Di sebuah titik dimana kita begitu terorganisir, sulit bagi kita untuk maksimal dalam berkreasi. Di kursi kerja Anda, apakah ANCHOR yang telah tercipta untuk Anda?
Maka pilihan sikap hari ini adalah memeriksa ANCHOR POSISI Anda dan menyesuaikan dengan keinginan berpikir dan berperilaku Anda. Seperti pola pikir di NLP untuk FLEKSIBEL dan merubah pendekatan menuju HASIL AKHIR. Untuk MENGUBAH TITIK KEBERADAAN, kita membutuhkan sedikit pengetahuan tentang DIMENSI.
Dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Dalam matematika, dimensi adalah parameter yang dibutuhkan untuk menggambarkan posisi dan sifat-sifat objek dalam suatu ruang.
Dalam konteks khusus, satuan ukur dapat pula disebut “dimensi” meter atau inci dalam model geografi, atau biaya dan harga dalam model ekonomi. Sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu titik pada bidang (misalnya sebuah kota pada peta) dibutuhkan dua parameter lintang dan bujur. Dengan demikian, ruang bersangkutan dikatakan berdimensi dua, dan ruang itu disebut sebagai bersifat dua dimensi.
Menggambarkan posisi pesawat terbang (relatif terhadap bumi) membutuhkan sebuah dimensi tambahan (ketinggian), maka posisi pesawat terbang tersebut dikatakan berada dalam ruang tiga dimensi (sering ditulis 3D). Jika waktu ditambahkan sebagai dimensi ke-4, “kecepatan” pesawat terbang tersebut dapat dihitung dengan membandingkan waktu pada dua sembarang posisi.
Untuk mempermudah pemahaman terhadap DIMENSI, kita bagi dua saja. Yang pertama DIMENSI FISIS dan DIMENSI METAFISIS.
DIMENSI FISIS adalah parameter-parameter yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di manakah dan bilamanakah sesuatu terjadi; misalnya: Kapankah Napoleon meninggal? Pada tanggal 5 Mei 1821 di pulau Saint Helena (15°56′LS 5°42′BB). Dimensi fisis memainkan peran mendasar dalam persepsi seseorang terhadap sekitarnya. Teori-teori fisika klasik mendeskripsikan tiga dimensi fisis: dari titik tertentu dalam ruang, arah pergerakan dasar yang mungkin adalah ke atas atau ke bawah, ke kiri atau ke kanan, dan ke depan atau ke belakang. Sembarang pergerakan dapat diungkapkan dengan hanya tiga dimensi tersebut. Bergerak ke bawah samalah dengan bergerak ke atas secara negatif. Bergerak diagonal ke depan atas samalah dengan bergerak dengan kombinasi linear ke depan dan ke atas.
Dimensi fisis ruang dapat dinyatakan paling sederhana sebagai berikut: suatu garis menggambarkan satu dimensi, suatu bidang datar menggambarkan dua dimensi, dan sebuah kubus menggambarkan tiga dimensi. (Sistem koordinat Cartesian.)
Waktu sering disebut sebagai DIMENSI KEEMPAT.Hal ini menyediakan jalan bagi pengukuran perubahan aspek-aspek fisika. Hal ini dilihat secara berbeda bahwa dari tiga dimensi spasial hanya ada satu dimensi, dan pergerakannya terlihat selalu memiliki nilai pasti dan sejajar dengan waktu (searah). Persamaan-persamaan yang digunakan oleh ahli fisika untuk menyatakan model realitas seringkali tidak memperlakukan waktu sebagaimana manusia memandangnya.
Misalnya, persamaan klasikal mekanik yang adalah T-simetri (bersimetri dengan waktu) dengan persamaan dari mekanika kuantum sebenarnya bersimetri jika waktu dan kuantitas lain (seperti C-simetri (charge)) dan fisika paritas dibalikkan.Pada model ini, persepsi waktu mengalir kesatu arah adalah artefak dari hukum-hukum termodinamika.(Kita melihat waktu mengalir kearah peningkatan (entropi).
Orang yang paling terkenal memandang waktu sebagai dimensi adalah Albert Einstein dengan teori relativitas umum yang memandang ruang dan waktu sebagai bagian dari dimensi ke empat.
Teori fisika seperti TEORI UNTAI (string theory) meramalkan bahwa ruang tempat kita hidup sesungguhnya memiliki banyak dimensi sering disebutkan 10, 11, atau 26, namun SEMESTA YANG DIUKUR PADA DIMENSI-DIMENSI TAMBAHAN INI BERUKURAN SUBATOM. Akibatnya, kita hanya mampu mencerap KETIGA DIMENSI RUANG YANG MEMILIKI UKURAN MAKROSKOPIK.
DIMENSI METAFISIS. Dalam metafisika, tidak ada satupun definisi yang adekuat/meyakinkan untuk menyatakan konsep dalam segala situasi, dimana mungkin kita akan menggunakan nya. Konsekuensinya, para ahli membagi sejumlah definisi dimensi kedalam tipe-tipe yang berbeda .
Semuanya didasari oleh konsep dimensi Euclidean N-SPASI E N. TITIK E 0 ADALAH 0-DIMENSIONAL. GARIS E E 1 ADALAH 1-DIMENSIONAL. BIDANG E 2 ADALAH 2-DIMENSIONAL. DAN SECARA UMUM E N ADALAH N-DIMENSIONAL.
Konsep waktu dalam metafisika, dan ini yang lebih SPIRITUAL bahwa waktu sangat tergantung pada eksistensi yang menyadari esensinya. Eksistensi yang tidak menyadari eksistensinya akan tenggelam dalam waktu ekonomi, waktu politik, waktu sosial dan lain-lain sehingga waktu tidak memiliki makna apapun selain menjalani dalam kesibukan dan kesementaraan. Namun, eksistensi yang menyadari esensinya akan memaknai detik-demi detik menjadi sesuatu yang berharga. Sangat sangat berharga.
Sekarang, dimana titik Anda akan ditempatkan? Semua tergantung kebutuhan. Bila Anda menempatkan titik Anda UNTUK MERUANG DAN MEWAKTU dalam RUANG DAN WAKTU TUHAN, ANDA BISA BERADA PADA TITIK EKSISTENSI DIMANA-MANA , KAPAN SAJA. INILAH EKSISTENSI YANG MENUJU PADA KEABADIAN.
Wong Alus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar