SEJAK kelas satu SMA hingga lulus, saya tinggal di sebuah
rumah kontrakan sendirian. Teman hanya sesekali datang dan pergi.
Praktis, tiga tahun saya tinggal seorang diri untuk mendengarkan bahasa
diri dan bahasa alam. Inilah sejarah hidup saya dua puluh dua tahun
silam yang saya tulis kembali dengan tujuan memetakan hidup kembali demi
menjangkah ke gigir waktu di masa depan.
Tiga
tahun semenjak saya memasuki bangku SMA, saya ditinggal kedua orang tua
untuk merantau di pulau seberang. Tiga tahun pula saya harus berdialog,
bernegosiasi untuk mengambil keputusan-keputusan seorang diri. Untuk
menghibur diri yang saat itu dalam masa pencarian jati diri, saya
terpaksa menenggelamkan diri dengan sebuah pencarian spiritual.
Pencarian spiritual saya saat itu sangat sederhana. Yaitu menjawab
pertanyaan, kenapa saya dilahirkan di dunia? Untuk menjawabnya, saya
harus mengolah pikir, mencari referensi di perpustakaan, berdzikir di
masjid, cangkruk di pinggir jalan dan duduk terpencil di dalam rumah.
Kebetulan saya dikaruniai Tuhan sifat tidak menyukai keramaian, suka
sibuk dengan diri sendiri, atau dalam bahasa psikologinya disebut autis.
Hampir tiap malam, saya duduk di belakang rumah di sebuah petak yang
terbuka. Melihat ke langit dan mendengarkan bahasa kesunyian. Suara
jangkrik dan binatang-binatang malam sangat akrab di indera dengar. Dan
yang paling tidak saya sukai adalah cahaya lampu. Sehingga setiap malam,
saya matikan semua lampu di dalam rumah hanya duduk terpaku berjam-jam
hingga hari berubah. Saya benar-benar alami saat itu. Radio, tape dan
televisi saya rasakan sangat mengganggu dan mengotori pikiran. Sehingga
saya lebih suka untuk mematikan alaat-alat penghibur tersebut dan sekali
lagi duduk, berdiri, tiduran tanpa alat buatan manusia yanag menurut
saya tidak berguna tersebut.
Pagi hari saya mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Saya
harus berjalan kaki sekitar dua kilometer melewati sebuah rel kereta
api. Ya, saya berjalan di tengah rel kereta api tanpa sedikitpun merasa
takut bahwa kereta api akan datang menyambar tubuh ringkih saya
sewaktu-waktu. Saya percaya, seluruh hidup saya: tubuh, jiwa, ruh tidak
akan tinggal diam bila kereta api datang. Sehingga dalam hitungan detik,
saat ketera api melintas cepat naluri dan insting saya bergerak untuk
menghindar. Itulah ritual wajib saya setiap pagi dan siang, berjalan
melintasi rel kereta api. Saya sangat kreatif saat itu. Kreativitas
artinya berpikir untuk menjelajahi berbagai dimensi yang ada di alam
semesta, menyelami hakikat makna dan arti dari semua hal yang ada di
depan saya.
Kreatif untuk menciptakan ide-ide baru dengan cara pandang baru. Ya,
saya ingat saat masih SMA itu, saya mengubah-ubah sendiri tata cara atau
syariat sholat. Saya ubah syariat dzikir dan mencari-cari doa yang pas
untuk berkomunikasi dengan DZAT PALING HEBAT DI JAGAD RAYA. Saya kerap
mengubah-ubah posisi benda-benda di dalam ruangan. Bahkan kursi dan meja
sering saya tata terbalik.
Dari bekal masa lalu, dalam tiga tahun kesunyian itulah saya
ingin berbagi kunci-kunci kreativitas yang barangkali ada manfaatnya
kepada Pembaca Blog yang saya bingkai dalam bingkai Neurolingusitic
Programming atau dialihbahasakan dengan bebas menjadi Pemrograman Bahasa
Otak.
Pernah
duduk di sebuah tempat, ingin menyelesaikan sebuah masalah tapi solusi
tidak kunjung datang? Atau duduk di sebuah tempat berusaha memikirkan
sebuah ide tapi tidak bisa kreatif? Ini bisa jadi erat kaitannya dengan
ANCHOR (trigger/pemicu terhadap sebuah pemikiran dan perilaku) Anda
terhadap posisi duduk atau berdiri Anda, entah itu kursi kerja, ruangan
dan lain-lain.
Bisa jadi, pada saat Anda berada di posisi tersebut, Anda sudah
ter-ANCHOR untuk sebuah pola pikir dan perilaku tertentu, sehingga Anda
sulit untuk memikirkan sesuatu yang berbeda. Misalnya di kursi kerja
Anda, yang setiap hari Anda lakukan adalah memeriksa file-file arsip,
keuangan, neraca, dan lain-lain. Bahkan Anda pernah menghasilkan sebuah
prestasi hebat dari tugas Anda tersebut di kursi tersebut.
Namun pada saat Anda diminta untuk mengkreasikan sesuatu, pikiran
Anda bisa saja buntu dan macet. Anda tidak menemukan kreasi baru dan
berputar-putar dengan ide yang lama. Bagaimana menjelaskan fenomena
tersebut?
Marilah kita cek satu persatu. Mulai dimana Anda duduk. Kursi Anda
bisa jadi telah ter-asosiasikan dengan proses pemeriksaan, yang di NLP
(Disney Strategy) dikenal sebagai posisi CRITICS. Padahal untuk
berkreasi Anda butuh ANCHOR kreatif, yakni posisi DREAMER dalam Disney
Strategy.
Kalau sampai ini terjadi pada Anda, dimana Anda tahu bahwa sebuah
posisi telah menyebabkan Anda ter-ANCHOR terhadap sebuah proses
pemikiran, SESUAIKANLAH posisi Anda. Pindahlah ke sebuah tempat atau
posisi. Ini bisa saja Anda lakukan dengan sekedar berdiri menjauh dari
kursi Anda sejenak untuk memperoleh pemikiran yang berbeda.
Kalau Anda sekedar berjalan-jalan atau yang menurut Anda cari angin,
yang terjadi hanyalah BREAK STATE, atau pemutusan ANCHOR sementara.
Begitu Anda kembali duduk, ANCHOR-nya juga kembali, dan belum pasti bisa
maksimal. Jadi kalau Anda seringkali mengalami kesulitan berpikir dan
berperilaku tertentu di sebuah posisi atau tempat duduk Anda, coba cek
kembali, di posisi tersebut ANCHOR apa yang telah tercipta untuk Anda.
Lalu pilihan sikap Anda adalah mempertimbangkan posisi yang berbeda
untuk pola pikir berbeda. Dalam Disney Strategy, ada 3 posisi, yakni
DREAMER, REALIST, dan CRITICS. Di posisi berbeda, kita bisa
memaksimalkan potensi berpikir masing-masing.
Albert Einstein, mbahnya kaum fisikawan berkata bahwa sebuah masalah
yang ditimbulkan dari sebuah proses berpikir tidak bisa diselesaikan
dengan proses berpikir yang sama. Karena itu kita sulit mencari solusi
masalah dengan pola pikir yang sama dimana masalah itu timbul. Perlu
pola berpikir yang berbeda. ANCHOR tidak jauh berbeda dengan prinsip
ini.
Di sebuah titik kita bisa begitu kreatif, tapi di titik yang sama
kita sulit melihat kesalahan dari kreatifitas kita. Di sebuah titik kita
bisa begitu kritis, tapi di titik yang sama kita sulit maksimal dalam
berkreasi. Di sebuah titik dimana kita begitu terorganisir, sulit bagi
kita untuk maksimal dalam berkreasi. Di kursi kerja Anda, apakah ANCHOR
yang telah tercipta untuk Anda?
Maka pilihan sikap hari ini adalah memeriksa ANCHOR POSISI Anda dan
menyesuaikan dengan keinginan berpikir dan berperilaku Anda. Seperti
pola pikir di NLP untuk FLEKSIBEL dan merubah pendekatan menuju HASIL
AKHIR. Untuk MENGUBAH TITIK KEBERADAAN, kita membutuhkan sedikit
pengetahuan tentang DIMENSI.
Dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk
mendefinisikan sifat-sifat suatu objek yaitu panjang, lebar, dan tinggi
atau ukuran dan bentuk. Dalam matematika, dimensi adalah parameter yang
dibutuhkan untuk menggambarkan posisi dan sifat-sifat objek dalam suatu
ruang.
Dalam konteks khusus, satuan ukur dapat pula disebut “dimensi” meter
atau inci dalam model geografi, atau biaya dan harga dalam model
ekonomi. Sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu titik pada bidang
(misalnya sebuah kota pada peta) dibutuhkan dua parameter lintang dan
bujur. Dengan demikian, ruang bersangkutan dikatakan berdimensi dua, dan
ruang itu disebut sebagai bersifat dua dimensi.
Menggambarkan posisi pesawat terbang (relatif terhadap bumi)
membutuhkan sebuah dimensi tambahan (ketinggian), maka posisi pesawat
terbang tersebut dikatakan berada dalam ruang tiga dimensi (sering
ditulis 3D). Jika waktu ditambahkan sebagai dimensi ke-4, “kecepatan”
pesawat terbang tersebut dapat dihitung dengan membandingkan waktu pada
dua sembarang posisi.
Untuk mempermudah pemahaman terhadap DIMENSI, kita bagi dua saja. Yang pertama DIMENSI FISIS dan DIMENSI METAFISIS.
DIMENSI FISIS adalah parameter-parameter yang dibutuhkan untuk
menjawab pertanyaan di manakah dan bilamanakah sesuatu terjadi;
misalnya: Kapankah Napoleon meninggal? Pada tanggal 5 Mei 1821 di pulau
Saint Helena (15°56′LS 5°42′BB). Dimensi fisis memainkan peran mendasar
dalam persepsi seseorang terhadap sekitarnya. Teori-teori fisika klasik
mendeskripsikan tiga dimensi fisis: dari titik tertentu dalam ruang,
arah pergerakan dasar yang mungkin adalah ke atas atau ke bawah, ke kiri
atau ke kanan, dan ke depan atau ke belakang. Sembarang pergerakan
dapat diungkapkan dengan hanya tiga dimensi tersebut. Bergerak ke bawah
samalah dengan bergerak ke atas secara negatif. Bergerak diagonal ke
depan atas samalah dengan bergerak dengan kombinasi linear ke depan dan
ke atas.
Dimensi fisis ruang dapat dinyatakan paling sederhana sebagai
berikut: suatu garis menggambarkan satu dimensi, suatu bidang datar
menggambarkan dua dimensi, dan sebuah kubus menggambarkan tiga dimensi.
(Sistem koordinat Cartesian.)
Waktu sering disebut sebagai DIMENSI KEEMPAT.Hal
ini menyediakan jalan bagi pengukuran perubahan aspek-aspek fisika. Hal
ini dilihat secara berbeda bahwa dari tiga dimensi spasial hanya ada
satu dimensi, dan pergerakannya terlihat selalu memiliki nilai pasti dan
sejajar dengan waktu (searah). Persamaan-persamaan yang digunakan oleh
ahli fisika untuk menyatakan model realitas seringkali tidak
memperlakukan waktu sebagaimana manusia memandangnya.
Misalnya, persamaan klasikal mekanik yang adalah T-simetri
(bersimetri dengan waktu) dengan persamaan dari mekanika kuantum
sebenarnya bersimetri jika waktu dan kuantitas lain (seperti C-simetri
(charge)) dan fisika paritas dibalikkan.Pada
model ini, persepsi waktu mengalir kesatu arah adalah artefak dari
hukum-hukum termodinamika.(Kita melihat waktu mengalir kearah
peningkatan (entropi).
Orang yang paling terkenal memandang waktu sebagai dimensi adalah
Albert Einstein dengan teori relativitas umum yang memandang ruang dan
waktu sebagai bagian dari dimensi ke empat.
Teori fisika seperti TEORI UNTAI (string theory) meramalkan bahwa
ruang tempat kita hidup sesungguhnya memiliki banyak dimensi sering
disebutkan 10, 11, atau 26, namun SEMESTA YANG DIUKUR PADA
DIMENSI-DIMENSI TAMBAHAN INI BERUKURAN SUBATOM. Akibatnya, kita hanya
mampu mencerap KETIGA DIMENSI RUANG YANG MEMILIKI UKURAN MAKROSKOPIK.
DIMENSI METAFISIS. Dalam metafisika, tidak ada satupun definisi yang
adekuat/meyakinkan untuk menyatakan konsep dalam segala situasi, dimana
mungkin kita akan menggunakan nya. Konsekuensinya, para ahli membagi
sejumlah definisi dimensi kedalam tipe-tipe yang berbeda .
Semuanya didasari oleh konsep dimensi Euclidean N-SPASI E N. TITIK E 0
ADALAH 0-DIMENSIONAL. GARIS E E 1 ADALAH 1-DIMENSIONAL. BIDANG E 2
ADALAH 2-DIMENSIONAL. DAN SECARA UMUM E N ADALAH N-DIMENSIONAL.
Konsep waktu dalam metafisika, dan ini yang lebih SPIRITUAL bahwa
waktu sangat tergantung pada eksistensi yang menyadari esensinya.
Eksistensi yang tidak menyadari eksistensinya akan tenggelam dalam waktu
ekonomi, waktu politik, waktu sosial dan lain-lain sehingga waktu tidak
memiliki makna apapun selain menjalani dalam kesibukan dan
kesementaraan. Namun, eksistensi yang menyadari esensinya akan memaknai
detik-demi detik menjadi sesuatu yang berharga. Sangat sangat berharga.
Sekarang, dimana titik Anda akan ditempatkan? Semua tergantung
kebutuhan. Bila Anda menempatkan titik Anda UNTUK MERUANG DAN MEWAKTU
dalam RUANG DAN WAKTU TUHAN, ANDA BISA BERADA PADA TITIK EKSISTENSI
DIMANA-MANA , KAPAN SAJA. INILAH EKSISTENSI YANG MENUJU PADA KEABADIAN.
Wong Alus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar