AYAT NOL
Kecerdikan adalah salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh
makhluk hidup untuk mempertahankan diri menghadapi berbagai macam
rintangan dan tantangan yang membahayakan dirinya. Baik binatang maupun
manusia, memiliki kecerdikan ini.
Kecerdikan berpusat dari gerakan tidak sadar, yang telah berpola
sekian lama sehingga menimbulkan refleks yang sekonyong-konyong demi
mempertahankan diri. Tanpa perlu dipikir lagi. Yang akhirnya menjadi
semacam kemampuan yang melekat pada makhluk hidup. Otak tanpa perlu lagi
menganalisanya terlalu lama untuk memunculkan “tenaga dalam” yang
tersembunyi ini.
Karena asal muasal kecerdikan adalah gerakan, maka kita perlu lebih
lanjut menelaah apa dan bagaimana setiap gerakan dari makhluk hidup ini.
Ditinjau dari asal muasal katanya, “gerakan” berasal dari kata “gerak”
yang artinya berubahan letak, posisi, dan letak dari A ke B, A ke C, C
ke D, dan seterusnya.
Setiap gerakan dimulai dari keinginan, maksud atau kehendak baik yang
disadari maupun yang tidak disaradi. Gerak merupakan respons atas
gejala (fenomena) yang muncul saat “indera” makhluk hidup menangkan
sesuatu. Misalnya, saat kita melihat cahaya yang datang terlalu silau,
maka mata kita kemudian menutupnya secara spontan.
Karena kehebatanku menguasai ilmu kecerdikan inilah akhirnya mengantarkan aku pada satu profesi: PERAMPOK.
AYAT SATU
“Milikilah cinta abadiku, ciptakanlah selalu damai di hatimu dan
hiduplah dalam bara api semangat untuk pulang menemuiku” itulah selarik
pesan yang disampaikan dari bibir merah Rose sebelum aku pergi. Hanya
pesan itu yang sungguh-sungguh kumiliki. Sebuah pesan singkat yang
menjadi kristal bersinar yang terus tersimpan dalam ruang rahasia jiwaku
yang terdalam.
Namaku Iblis dan profesiku perampok. Dan Rose adalah isteriku.
Dadanya montok, pinggulnya kecil, pantatnya padat berisi, periang dan
suka senam. Wajahnya ayu, posturnya anggun. Dialah ibu muda, usianya 28
tahun yang kerap menjadi incaran mata para pria.
Anakku memangilku ayah. Orang-orang memangilku bajingan. Tapi apa
salahnya menjadi bajingan. Toh dunia dan sejarah ini ada karena para
bajingan yang besar dan yang kroco ikut andil dalam mengoyak sesuatu yang di anggap benar.
Benar, tho? Coba anda bayang kan dunia ini tanpa para
bajingan, penjahat atau bromocorah, apa masih bisa di sebut dunia. Lagi
pula tanpa sesuatu yang jahat tidak akan mungkin lahir sesuatu yang
dianggap baik, patut atau teladan. Di sini sebenarnya kebenaran itu ada,
bahwa kejahatan adalah tidak lebih dari obyek penderita bagi kebaikan.
Artinya semakin parah kejahatan itu, semakin bersinar mahluk yang
dianggap kebenaran.
Tanpa kejahatan apakah surga dan neraka akan ada? Coba pikir itu. Dan
apakah mereka orang-orang suci itu, yang suka menudingkan telunjuk di
antara mata kami, akan ada jika kami tidak ada?
Dan perut adalah maharaja yang paling berkuasa. Segala suara yang di
gaungkannya membuat manusia kelimpungan. Ia mencari dan menggali,
mengaduk gunung dan laut agar sang maharaja tidak bersuara. Setiap
manusia punya satu maharaja yang harus ia penuhi kebutuhannya. Sebab ia
bukan malaikat yang mempersetankan perut dan kelamin. Akhirnya apa aku
salah jika aku menjadi perampok demi maharaja ku.
AYAT DUA
Sebuah tembakan dari polisi mengenai kepalaku. Desing peluru tajam
dari senapan laras panjang itu meluncur dengan kecepatan tinggi
meledakkan otaknya. Darah menyembur membasahi wajah.
Aku mati sebagai seorang pejuang (bagi keluarga), tapi juga sebagai
seorang pengedar narkoba (bagi warga kota ) pada hari Selasa, tanggal 7
bulan 7 tahun 2007, pukul 01.29 WIB. Terpampang jelas tanggal kematianku
di nisan yang kini berlumut hijau dan hampir tidak terbaca lagi.
Menyemak lukar kuburku di tengah ilalang bukit yang terlupa. Mungkin,
hanya pencari rumput yang sambil lalu berjalan mencari makanan buat
domba-dombanya yang kadang melihat kuburanku.
Itupun hanya dilihat dengan sekilas saja, sebab di makamku sudah
tidak ada lagi hal yang menarik. Sebaliknya, barangkali menyeramkan
dengan aroma mistis magis yang diciptakan oleh benak mereka sendiri.
AYAT TIGA
Dengan kematianku ini, pupus pula harapan untuk kembali ke halaman
rumahku yang rindang oleh dedaunan pohon. Pepohonan yang dulu aku tanam
bersama isteriku kala santai menikmati senja dan pagi di hari-hari
libur. Aku menikah pada tanggal 7 bulan 7 tahun 1997 atau tujuh tahun
setelah kami berpacaran. Pacaranku tergolong lama karena kami sama-sama
saling menikmati indahnya masa muda.
AYAT EMPAT
Untuk kembali ke kehidupanku bersama orang-orang yang aku kasihi;
isteri dan anak lelakiku satu-satunya dengan kondisi begini jelas
mustahil. Aku hanya bisa melihat wajah lucu anakku saat bermain dengan
teman sepermainannya. Isteriku yang menikmati persetubuhan dengan lelaki
yang ternyata adalah musuhku, seorang perwira polisi yang dulu menembak
mati diriku.
AYAT LIMA
Cintaku tetap hidup hingga kini. Cintaku jelas tidak mampu memiliki
dan dimiliki. Cintaku hanya memberi dan tidak menerima. Memancar ke
segenap arah hidup manusia namun aku tidak mampu berbuat apapun.
AYAT ENAM
Aku bangkit lagi dari kematianku setelah aku menemukan mantra
bagaimana caranya aku yang kini hanya berwujud ruh masuk ke badan
jasmani seseorang. Mantra ini aku temukan dalam tulisan setelah anakku
membaca skripsi sarjanaku dan aku ikut membacanya. “Semua mengada
berasal dari ide, dan ide berasal dari kehendak.” Dengan mantera itu,
aku menggedor langit, bernegosiasi dengan Tuhan.
Tuhan mengijinkan aku bertemu dengan isteri dan anakku kembali tapi
dengan syarat bila aku nanti masih dibakar nafsu keduniawian maka aku
tidak akan masuk sorga yang dijanjikanNya. Perjanjian lainnya; aku boleh
kembali ke dunia namun pada ruang dan waktu yang ditentukan Tuhan
sendiri yaitu di era masa lalu, tepatnya di era pergolakan revolusi
Indonesia
AYAT TUJUH
Badan yang aku pakai untuk masuk ke dunia normal adalah seorang biksu
Budha saat dia bermeditasi di sebuah tempat sunyi di dalam hutan. Aku
ucapkan salam ke ruh-nya lalu aku diberbolehkan untuk memakai tubuhnya.
Hari itu Senin, tanggal 7 bulan 7 tahun 1947 Aku lantas keluar dari
hutan dengan berpakaian ala Biksu Budha. Di tengah perjalanan, aku
bertemu gerombolan penyamun. Hampir saja aku terbunuh kembali bila aku
tidak segera melarikan diri masuk ke sebuah gua yang ternyata masih ada
bekas tentara Jepang berbadan kurus kehilangan masa depan.
AYAT DELAPAN
Sebuah perjumpaan yang mengharukan sekaligus menyakitkan. Aku (Iblis)
bertemu kembali dengan isteriku (Rose) dalam keadaan aku sudah tua
renta. Bayangkan usiaku saat usiaku menginjak 85 tahun! Sementara
isteriku berusia 28 tahun….Saat aku menjadi pengemis yang papa di depan
rumah keluarga perwira Polisi itu…
AYAT SEMBILAN
Hatiku bergolak memberontak, cemburu ingin lagi menikmati masa-masa
indah yang sudah terampas. Aku lempari rumah polisi itu dengan recehan
dan tiba-tiba nafasku tersengal, jatuh dan mati. Tuhan mengirimku
kembali ke alam baka untuk menunggu neraka menyala. Inikah keadilan
terakhir bagi seorang pencari?
AYAT SEPULUH
Kita hidup ini sebenarnya telah membawa bangkai, tubuh kita yang
dianggap sempurna sebenarnya barang najis apalagi sorga dan neraka
hanyalah rekaan angan manusia. Padahal itu semua salah, salah dan salah.
AYAT SEBELAS
Aku bukanlah siapa-siapa. Derita dan akhirnya merana adalah
perjumpaan hidup yang akrab bagiku. Namun tak ada yang tak berakhir jika
semuanya sudah saatnya. Kini tubuh ini mulai menuju pelabuhannya… cinta
bahagia, wangi aroma cinta terasa makin dekat. Kawan nikmatilah apa
yang kini ingin kau rasakan.
AYAT DUA BELAS
Ibarat Mencintai Perempuan, walaupun itu sudah terikat dalam suatu
perkawinan atau tidak itu sah-sah saja. Karena cinta kasih itu murni
adanya tidak terikat budaya, dogma atau hukum karena cinta dan karena
kasih sudah terbawa sebelum menjadi manusia dan masih dalam wujud sperma
dan sel telur.
AYAT TIGA BELAS
Tuhan yang azali identik dengan gelap. Lihatlah Tuhan di dalam sebuah
tutupan mata sederhana. Kini, aku sudah tidak kebingungan lagi kemana
harus menemukan Engkau ya Tuhan. Karena sesungguhnya Dirimu tidak perlu
dicari, engkau ada dalam diriku. Dan diriku ini adalah Engkau. Tidak
perlu aku melacak ke sebuah perenungan yang mendaki, tidak perlu
ditemukan dalam sebuah keriaan ibadah yang memagut. Karena Engkau Maha
dan Sungguh Dekat.
Wong Alus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar