Suatu ketika, saya ingin membuat blog yang isinya tentang
puncak-puncak pengetahuan metafisis tertinggi, ilmu-ilmu ketuhanan yang
abstrak hasil kontemplasi (perenungan) dan juga hasil meditasi. Blog
pun sudah jadi yaitu http://wongalus99.blogspot.com/.
Namun, anehnya untuk mengisi blog tersebut, jari tangan ini sangat
berat untuk digerakkan. Otak pun terasa malas berpikir. Sampai akhirnya,
saya memutuskan untuk menutup saja domain blog tersebut karena hingga
akhir hidupnya, blog itu tidak ada isinya sama sekali alias benar-benar
SUWUNG.
Hingga
suatu ketika, ada salah seorang pengunjung blog wongalus, Ibu/Mbak
Annie Soebardjo meminta untuk menulis tentang wacana SUWUNG ini. Saya
pun menduga, pasti apa yang dialami oleh Ibu Annie sangat luar biasa
sehingga memerlukan sebuah penjelasan yang gamblang. Sebab kondisi
SUWUNG susah diungkapkan dengan kalimat-kalimat sederhana.
Biasanya
banyak para ahli hidup yang sudah sampai ke tahap SUWUNG ini hanya
menuliskan puncak pengalaman mistis spiritual ini dalam bentuk puisi.
Kalau disampaikan dalam kalimat-kalimat, sebagaimana yang saya sampaikan
kali ini pasti akan mengelami reduksi makna. Padahal, SUWUNG tidak bisa
dibahasakan secara sederhana dalam beberapa larik kalimat. Tapi, apakah
SUWUNG itu dengan begitu tidak bisa dikomunikasikan?
Hampir
semua wacana tentang dunia mistik termasuk sulit dicerna. Kadar
keilmiahannya pun terkadang terabaikan lantaran sudah berada ditaraf
yang lebih tinggi daripada akal. MISTIK dalam pengertian ini bermakna
sebuah perjalanan ruhaniah untuk menggapai kebenaran final total dan
eternal. Itu sebabnya, pengalaman mistik seseorang yang sampai menerobos
kebenaran mutlak hampir pasti akan melewati tahapan syariat, hukum atau
aturan-aturan agama manapun. Para pejalan ruhani akan bertemu dalam
satu titik meskipun di awal-awal perjalanan mereka menggunakan “jubah”
Islam, Kristen, Protestan, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, Taosime,
kepercayaan lain-lain.
Mereka yang berjalan terus dalam
perjalanan ruhani akan mengalami hal-hal yang mistis dan tidak terduga.
Pasti masing-masing orang akan berbeda pengalaman mistisnya sesuai
dengan sosio kultural tempat dia mengolah hidup. Pengalaman mistis
Jalaluddin Rumi akan berbeda dengan Ronggowarsito, akan berbeda pula
pengalaman mistis Al Ghazali dengan Paus Yohanes Paulus. Itu sudah
menjadi hukum sejarah kemanusiaan, bahwa setiap manusia ditakdirkan
untuk unik, eksistensial dan pasti tidak sama antara satu dengan yang
lain.
Salah satu karya mistis yang sangat populer dalam budaya
Jawa adalah SERAT DEWA RUCI. Di serat itu, kita bisa menemukan sebuah
proses perjalanan ruhani setinggi-tingginya. Pertemuan EKSISTENSI dengan
ESENSI, yang juga dikenal sebagai NGLURUH SARIRA atau RACUT, yaitu
MENCAIR dan MELAUT.
Transformasi BIMA ke BIMA SUCI , atau
pertemuan BIMA dengan jati dirinya (DEWA RUCI), dalam khasanah agama hal
ini sama dengan pertemuan MUSA A.S dengan KHIDIR A.S. Hasilnya adalah
KESADARAN KOSMIS, KESATUAN LAHIR-BATIN, AWAL-AKHIR.
Tokoh yang
menurut saya berhasil membuat anyaman mistik luar biasa di dalam sejarah
Jawa adalah Panembahan Senopati. Dia adalah personifikasi tahapan
pemahaman tertinggi yaitu MANGGALIH artinya mengenai SOAL-SOAL ESENSIAL,
setelah MANAH artinya membidik anak panah mengenai soal-soal
problematis di Jantung Kehidupan, Pusat Lingkaran yang dikenal sebagai
JANGKA.
Tingkat ini dipersonifikasikan oleh KI AGENG PEMANAHAN.
Adapun tingkat sebelumnya mengenai JANGKAH yang masih di aras NALAR
dipersonifikasikan dengan KI AGENG GIRING.
Panembahan Senopati
adalah pakarnya SUWUNG, setelah mampu mengolah ILMU-ILMU KETUHANAN
sedemikian hingga dia mampu MENCAIRKAN DIRINYA DALAM SUWUNG YANG SEJATI.
Jimat andalan Panembahan Senopati adalah ILMU MELAUT KE LAUTAN ILMUNYA
YANG TIADA BERHINGGA.
Saben mendra saking wisma,
Lelana laladan sepi,
Ngisep sepuhing sopana,
Mrih pana pranaweng kapti
Setiap kali keluar rumah
wisata ke wilayah sunyi sepi (SUWUNG)
menghirup nafas kerokhanian
agar arif kebulatan awal akhir
Bagaimana
kita menjelenterehkan makna SUWUNG? Jelaslah yang dimaksud dengan
KELUAR RUMAH di situ adalah OUT OF BODY: Keluar dari wilayah jasmani,
masuk ke alam misal, menggapai sadar ruhani—SESUNGGUHNYA HANYA RUH-
MANUSIALAH YANG MEMAHAMI RUH-NYA.
Nah, inilah sebabnya kenapa
akal kita tidak mampu untuk menjangkau apalagi menceriterakan pesona
SUWUNG yang memang sangat luar biasa. Begitu luar biasanya sehingga akal
kita tidak akan mampu menuliskannya. Hal ini sepadan dengan apa yang
dipikirkan oleh MUSA saat melihat pertanda TAJALLI ILAHI di Bukit Sinai?
MUSA jatuh tersungkur tidak sadarkan diri. Itulah momentum EKSTASE
seorang hamba Tuhan dalam mengarungi pengalaman spiritual.
SUWUNG
adalah sebuah pengalaman mistis, spiritual yang berada pada puncak
intuisi yang efektif dan transendental. Ini hanya bisa dialami apabila
seseorang itu menggeser SEMESTA KESADARANNYA DARI YANG INDERAWI MENUJU
KE ATASNYA. Dalam SUWUNG itulah, dunia inderawi ditinggalkan dan
digantikan oleh SEMESTA yang lain, sehingga SAMPAI PADA SATU TITIK
KESEIMBANGAN SEMUA DIMENSI DI JAGAD RAYA.
Fariuddin at Tar, sufi
agung, menjelaskan tahapan agar sampai di SUWUNG tadi dalam tujuh lembah
yaitu: LEMBAH PENCARIAN, LEMBAH CINTA, LEMBAH KEINSYAFAN, LEMBAH
PEMEBEBASAN, LEMBAH EKSTASE, LEMBAH TAKJUB dan terakhir LEMBAH FANA FI
ILAH.
LEMBAH PENCARIAN adalah saat seseoran mencari unsur-unsur
ketuhanan dalam dirinnya, gelombang getar khusus akhirnya ditemukan dan
dia pun mengaku sebagai HAMBA TUHAN/KAWULA GUSTI. LEMBAH CINTA yaitu
Yang Dicari sudah ketemu dan bersenyawa diri dengan SANG KEKASIH
sehingga dia masuk ke LEMBAH KEINSYAFAN. Berikutnya adalah LEMBAH
PEMBEBASAN yaitu berada di “TANAH SUCI” dan sudah tanpa diri yang
beralaskan kaki apapun. Berikutnya adalah EKSTASE atau JATUH TERSUNGKUR,
SUJUD PENUH SYUKUR. Lembah berikutnya adalah LEMBAH KETAKJUBAN yaitu
kemana pun wajah kita tertuju, di sana yang tampak dalah WAJAH-NYA.
Akhirnya orang pun akan sampai ke LEMBAH TERAKHIR yaitu FANA FI IL-LAH.
Demikian tentang SUWUNG. Keterbatasan akal saya yang membuat penjelasan di sini begitu sederhana. Salam Suwung.
Wong Alus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar