"yang bisa saya mengerti, itu esensiku; yang saya percayai itu
eksistensiku: Tuhan saya itu ADAku, saya ADA, sebagaimana saya
mencintai”
Artikel ini untuk menjawab pertanyaan yang sering
diajukan para blogger di blog-blog yang bernuansa spiritual. Yaitu
pertanyaan “apa itu Tuhan?” Meskipun artikel ini jauh dari memadai untuk
menjawab pertanyaan tersebut, namun setidaknya bisa menjadi satu
referensi bagi kita semua, yang sedang mencari jawaban yang cukup sulit
namun penting ini.
Kutipan di atas adalah pernyataan mistikus
Jerman, Karl Jaspers (1883-1969), yang terkait dengan pemikirannya
tentang Tuhan. Sebelumnya, akan dipaparkan siapa Jaspers. Pemikir
brilian ini lahir di Oldenburg, Jerman Utara pada 23 Februari 1883,
bersekolah di Gymnasium Oldenburg, meneruskan di Universitas Heidelberg,
dan Munchen. Jaspers memiliki minat besar pada psikiatri dan filsafat.
Ia juga pada akhirnya terseret ke dalam dunia mistik saat menerbitkan
buku “Der Philosophische Glaube angesichts der Offenbarung” Salah satu
hasil pikiran Jaspers yang saya pandang cukup penting untuk disampaikan
di blog WONG ALUS ini adalah jawaban dari pertanyaan APA ITU TUHAN?.
Menurut Jaspers, TUHAN adalah EKSISTENSI, juga disebut ROH. Selain
EKSISTENSI, TUHAN juga bersifat TRANSENDENSI. Manusia ada di dunia,
tetapi ADANYA (Dasein) ini belum merupakan EKSISTENSI. Adanya manusia
termasuk bidang empiris, berada dalam ruang dan waktu. Sebagai DASEIN
kita akan meninggal, tetapi EKSISTENSI kita masih bersifat KEMUNGKINAN.
EKSISTENSI
itu suatu panggilan untuk mengisi kebebasan. Di dalam waktu, kata
Jaspers, manusia harus memutuskan bagaimana MANUSIA bisa ABADI dan BISA
MENJADI TUHAN. Maka “Saya menjadi seperti yang saya percaya”. Menurut
mistikus kondang ini, manusia memiliki kecenderungan untuk tidak
mengetahui banyak hal. KETIDAKTAHUAN ini memaksa manusia untuk mengambil
keputusan-keputusan. Salah satu keputusan yang cukup penting adalah
ketika dia ingin menjadi AKU YANG SEJATI. Keputusan inilah yang akan
menciptakan DIRI menjadi EKSISTENSI atau TUHAN. Adanya manusia selalu
dibatasi oleh situasi-situasi tertentu. Situasi situasi di mana manusia
bisa menemukan diri sebagai EKSISTENSI atau AKU YANG SEJATI itu disebut
dengan pengalaman dalam SITUASI-SITUASI BATAS. Dalam kegelisahannya
memikirkan KEMATIAN, PENDERITAAN, KESALAHAN, dst.. manusia merasa betapa
fana hidupnya.
SITUASI PERBATASAN memperlihatkan bahwa hidup
kita di dunia tidak merupakan kenyataan terakhir. Ternyata, ada
kenyataan yang lebih besar, sesuatu yang akan membawa manusia entah
kemana. Yang ada di seberang batas-batas hidup, dunia, dan pengetahuan
kita disebut dengan TRANSENDENSI atau KEILAHIAN. Di sini, konsep Jaspers
tentang Tuhan yang BEREKSISTENSI dan TRANSENDENSI ini bisa dikatakan
sama dengan konsep ketuhanan bahwa TUHAN itu bersifat LAHIR dan juga
BATIN.
Bagaimana dzat TUHAN? Kata “TUHAN”, menurut Jaspers, hanya
merupakan simbol KEILAHIAN dibelakang semua nama dan konsep. KEILAHIAN
selalu berbicara dengan memakai simbol-simbol (Chiffer) atau dalam
bahasa Arab disebut dengan Sifr yang merupakan terjemahan dari
Sansekerta, SUNYA atau KEKOSONGAN. Manusia tidak mungkin untuk
mengetahui dzat Tuhan pada dirinya sendiri. Manusia harus menerjemahkan
dan mengisi simbol-simbol bila ingin mengetahui SUBSTANSI KETUHANAN.
Menerjemahkan
KEHENDAK TUHAN adalah tugas manusia yang mulia dan hal ini ditentukan
oleh IMAN dan KEYAKINAN kita. IMAN mendapat artinya melalui cara hidup
kita. Manusia oleh sebab itu bisa MEMBACA dan MENAFSIRKAN SIMBOL dengan
syarat dirinya mampu mengisi KEBEBASAN. Kata Jaspers, manusia bebas
karena Tuhan menyembunyikan diri. Ini berarti Segala sesuatu itu dapat
menjadi WAHYU ILAHI, menjadi GEMA atau JEJAK dari TRANSENDENSI/TUHAN.
Segala sesuatu dapat menjadi TEMBUS CAHAYA, BENING dan JERNIH. (Dalam
bahasa mistik Jawa, segala sesuatu itu adalah KITAB TELES, terj.
penulis)
Fakta sejarah dibeber oleh Jaspers. Dua kali dalam
sejarah, kata Jaspers, diperlihatkan oleh TUHAN apa yang terjadi bila
manusia mencoba untuk mengetahui DZAT TUHAN diseberang semua SIMBOL.
Yang pertama adalah CANDI BOROBUDUR sedangkan yang kedua adalah
pemikiran seorang mistikus bernama MEISTER ECKHART (1260-1327). CANDI
BOROBUDUR memperlihatkan kepada manusia bagaimana sesudah semua gambaran
tentang DZAT TUHAN ( simbol, konsep, kata-kata) ditinggalkan akhirnya
yang tertinggal adalah KESUNYIAN / KASUNYATAN. Bila jiwa manusia telah kosong
setelah semua kesadaran terlewati dan SIMBOL-SIMBOL ( simbol, konsep,
kata-kata) ditinggalkan, berarti itu merupakan persiapan optimal untuk
BERTEMU dengan DZAT TUHAN.
Yang kedua adalah pemikiran MEISTER
ECKHART yang salah satu tema besarnya terpapar dalam kalimatnya yang
berbunyi: WHEN GOD MADE MAN, THE INNERMOST HEART OF GODHEAD WAS PUT INTO
MAN. Artinya “Saat Tuhan Menciptakan Manusia, Inti Ketuhanan telah
Dipaterikan di Hati Terdalamnya.” Apa dan bagaimana penjelasan
lengkapnya, akan dipaparkan dalam artikel selanjutnya. SALAM PANTA RHEI…
Wong Alus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar