Malam minggu ini, sengaja saya ajak keluarga untuk hang out, keluar rumah sekedar untuk menghirup udara malam. Tidak ada agenda yang eksak kemana dan harus apa, akhirnya roda sepeda motor yang kami tumpangi memasuki pelataran parkir sebuah mall.
Sebagaimana biasanya, di mall
kami semua masuk ke sebuah toko buku dan melihat-lihat judul buku yang
terpajang di rak. Sebagaimana biasanya pula setelah berkeliling dari rak
ke rak, saya tiba pada rak terakhir yaitu agama. Tidak jenuh-jenuh pula
saya mendatangi buku-buku agama ini meskipun biasanya hanya sekedar
melongok-longok judul dan isi ringkas disampul belakang jendela dunia
yang kini terasa semakin mahal tersebut.
Mata saya pun tertuju
pada satu buku karya penulis kenamaan. Kebetulan saya sudah membaca dan
memiliki beberapa judul buku dengan penulis yang sama: semuanya
rata-rata berkualitas. Nah, satu judul ini saya merasa perlu memiliki
sehingga timbul keinginan untuk membeli. Angan saya meluncur ke isi
dompet yang mulai cekak dimakan tanggal.
Hmm,…. Tinggal seratus ribu, gimana ya? Akal saya terpaksa berpikir agak keras sebab membeli buku membuat dompet saya kosong
melompong. “Biarlah yang penting dahaga saya akan ilmu pengetahuan
terpuaskan meskipun untuk sesaat. Ruhani saya pun merasa butuh untuk
diisi oleh pengetahuan baru sehingga nanti insya allah kesadaran
Kebertuhanan yang baru pula, ” ini kesimpulan akhirnya.
Namun karena bersegel dengan plastik
tertutup, saya tidak bisa leluasa untuk membaca bagian dalam. Wah,
semakin pelit saja para pengusaha toko buku sekarang. Sampai-sampai para
calon pembeli dilarang untuk membaca daftar isi dan ringkasan buku
tersebut. Bagi saya, memilih buku bagus sama dengan memilih calon
isteri.
Bukankah menilai kualitas buku tidak bisa dipertimbangkan
dari judulnya yang bagus, sampulnya yang cantik dan kertasnya yang
mahal? Sama seperti menilai perampuan, bukankah tidak bisa dilihat dari
wajahnya yang sering ke salon, pakaiannya yang modis atau akalnya yang
brilian saja? Begitulah jaman sekarang yang serba pintar memoles kulit namun bepotan untuk menata kualitas jeroannya.
Dalam
konteks buku yang bersegel, inilah potret pengusaha yang ingin sedikit
mengelabui dan membodohi para pembaca yang memiliki keinginan untuk
memiliki buku namun hanya bisa menerka isinya. Bagaimana nanti jika
ternyata buku itu ternyata tidak berkualitas dan bahkan berbeda dengan
judul atau resensi pendek yang ada di sampul belakangnya?
Ah
biarlah, kata saya dalam hati. Niat saya saat MEMBELI ILMU eh membeli
buku itu sudah bulat yaitu MENUNTUT ILMU. Bukankah menuntut ilmu wajib
hukumnya bagi setiap pribadi untuk menggapai kesempurnaan perjalanan
hidupnya. Tentu saja, menuntut ilmu bisa bermacam-macam wujudnya.
Apalagi MENUNTUT ILMU menurut saya sama artinya dengan MEMBACA
AYAT-AYATNYA. Ayat-ayat-Nya pasti tergelar dimana-mana, mulai dari bintang-bintang yang ada di langit, tumbuhan dan hewan yang ada di dasar samudera, hingga diri kita.
Ya,
diri kita ini juga merupakan AYAT-AYATNYA. Sehingga merenung tentang
DIRI dan KEAKUAN kita pun sesungguhnya adalah mempelajari AYAT-AYATNYA
dengan demikian kita juga sedang MENUNTUT ILMU. Nah,apakah tugas kita
setelah selesai MEMBACA dan sudah memiliki ILMU?
Tugasnya jelas
sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah, Muhammad SAW tercinta yang
diriwayatkan oleh HR Tirmidzi: “TIDAK BERGESER KEDUA KAKI ANAK ADAM
PADA HARI KIAMAT SEBELUM DITANYA EMPAT PERKARA; 1) TENTANG UMURNYA
DIGUNAKAN UNTUK APA, 2) TENTANG MASA MUDA DIHABISKAN UNTUK APA, 3)
TENTANG HARTA DARI MANA IA DAPATKAN DAN UNTUK APA IA GUNAKAN; DAN 4)
TENTANG ILMU SUDAHKAH DIAMALKAN.”
Dan singkatnya, setelah
berdiskusi dengan pikiran sendiri saya pun membeli buku dan isi dompet
saya pun kini tinggal kenangan. Begitulah Pembaca yang Budiman celoteh
saya malam ini. Mungkin benar sebagaimana diyakini banyak orang bahwa
hidup itu PILIHAN:
“KAMU SEKALI-KALI TIDAK SAMPAI KEPADA
KEBAJIKAN (YANG SEMPURNA), SEBELUM KAMU MENAFKAHKAN SEBAHAGIAN HARTA
YANG KAMU CINTAI. DAN APA SAJA YANG KAMU NAFKAHKAN, MAKA SESUNGGUHNYA
ALLAH MENGETAHUINYA.” (QS. ALI IMRAN [3]: 92)
Bye!!!
Wong Alus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar